By : Agus Zaini ( FKM UA’2010)
Bukan
curhat, namun sedikit sharing tentang
sedikit pengetahuan yang belum tentu benarnya dari saya sendiri tentang
korelasi mahasiswa dan idealismenya. Ketika musim penerimaan mahasiswa baru, teringat
2 tahun lalu saat saya masih unyu-unyu dan seperti tanpa dosa memasuki salah
satu universitas negeri di Indonesia, dan saat itu pula sadar akan status yang
telah berubah, dari siswa menjadi mahasiswa. Seperti nano-nano rasanya, yang
pasti seluruh ruang hati saya dirasuki oleh rasa senang dan bahagia, karena
harapan yang telah lama saya dambakan akhirnya tercapai juga. Menjadi mahasiswa baru menjadi suatu kebanggaan
tersendiri dalam hidup saya, karena tidak semua orang diberikan kesempatan oleh
tuhan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi .Pada saat itu saya
menganggap bahwa Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia
yang beruntung.
Tidak
mengerti apa-apa dan sangat lugu menjadi ciri dari mahasiswa baru, yang
kemudian itu dimanfaatkan oleh sebagian pihak untuk menanamkan idelogi. Sudah menjadi
rahasia umum ketika hal tersebut terjadi, bahkan sah-sah saja dan memang tidak
ada yang melarang. Berbagai macam ideologi menjamur dalam lingkungan
universitas *sedikit lebay*, semuanya mengaku dirinya lah yang paling unggul
dan dijamin tidak akan rugi jika bersamanya.
Lalu
apa yang seharusnya mahasiswa baru lakukan ???
Sebagai
Mahasiswa Baru tentunya memiliki
berbagai pilihan untuk menyikapi hal tersebut, diam dan mengabaikan itu semua
atau masuk kedalamnya dan mengikuti setiap prosesnya. Semuanya tidak ada yang
salah, semuanya sah-sah saja jika hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa baru,
karena memang seperti itu yang terjadi diapangan. Menurut saya pribadi,
idealnya seorang mahasiswa memang harus memiliki ideologi yang kemudian itu
menjadi idealismenya. Analoginya seperti
perahu yang hilang di tengah lautan tanpa memiliki kompas, tentu perahu
tersebut akan terombang-ambing dan bahkan dapat hilang/tenggelam ditelan ombak.
Yang
menjadi poin penting adalah, setiap idealisme yang kemudian dianut oleh
mahasiswa memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Idealisme itu
seperti kerangka berfikir yang kemudian diyakini, dan setiap manusia jelas memiliki
kerangka yang berfikir yang berbeda-beda jadi tentu idealisme tergantung dengan
pribadi setiap orang. Mahasiswa
baru di tuntut dan harus memaksakan dirinya untuk kemudian memahami fenomena
ini, karena kondisi seperti ini merupakan keniscahyaan yang tidak bisa kita
hindari. Berusaha cerdas dan kritis dalam melakukan filtrasi dan seleksi
terhadap apa yang ditawarkan kepadanya, haram hukumnya menelan mentah-mentah. Idealisme
menjadi dua bilah mata pisau, disisi lain dapat menjadikan mahasiswa berkembang jika tepat dalam memilihnya, sebaliknya, disisi lain juga dapat menjadikan
mahasiswa mengalami kemunduran jika salah dalam memilihnya.,.
SEKIAN.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar